Social Icons

Pages

Featured Posts

Jumat, 24 Agustus 2012

Taruko-Balingka : Awal Perjalanan Kami

Liburan idul fitri tahun ini bisa dibilang luar biasa. Gimana nggak luar biasa, tanggal 22 kemaren gue and komunitas gue Linggar Blogger Pusako (Libko) pergi menjelajah belahan bumi ini. Kami semua pergi ke suatu tempat yang belum pernah kami kunjungi sebelumnya. Gue sendiri sih udah biasa, secara gitu Las Vegas aja udah makanan sehari-hari gue. Ok, untuk nggak memperpanjang celotehan, langsung aja gue ceritain gimana kronologis perjalan gue bersama Libko.

Kami semua janjian untuk bertemu hari rabu tanggal 22 agustus 2012 jam setengah delapan pagi di rumah bundo Adel. Sekedar informasi, bundo Adel adalah seorang panutan yang merupakan blogger senior, beliau juga merupakan anggota dari Libko ini. Gue sampai di rumah bundo kira-kira pukul setengah delapan lewat sepuluh menit. Di sana sudah ada teman gue wira yang sedang menikmati sarapannya. Gue juga dikenalin bundo sama kak cupid, eh kak fitri, dia juga merupakan seorang blogger. Gue pun ikut sarapan bersama mereka.

Hukum orang indonesia, tak asik rasanya jika tak ‘ngaret’. Itu lah yang terjadi sama Fadly, Farisi, and Aul (gue juga ngaret 10 manit). Tapi tak apalah, setelah semuanya ngumpul, kami yang terdiri ari Bundo Adel, kak Cupid, Wira, Intan, Farisi, Fadly, Aul, and gue sendiri siap-siap buat pergi. Sebelum pergi, kami menyempatkan diri buat keren-kerenan di depan rumah bundo



Usai keren-kerenan, dengan menggunakan mobil yang tentunya dibawa sopir, biasalah kan gue kan nggak biasa bawa mobil sendiri di Las Vegas, dengan angot merah ini pun kami berangkat menuju tujuan utama kami, TARUKO.

Berhubung suasananya lebaran, jalanan yang kami tempuh macet total. Kira-kira jam sepuluhan baru kami bisa sampai di tujuan. Dalam perjalanan menuju TARUKO, kami tetap nyempetin buat keren-kerenan. Penasaran? Langsung aja liat kekerenan kami.





Udah kebayangkan gimana serunya perjalanan kami? Ini masih perjalanan awal ke TARUKO sob. Kalau masih penasaran sama seru-seruan kami, langsung aja duduk manis di depan komputer, tungguin aksi kami berikutnya dalam postingan edisi TARUKO-BALINGKA.....
»»  Read More...

Selasa, 21 Agustus 2012

Titik Putih, Harapan Terakhirku (bagian 3)


            “Kamu sudah sadar ya..”
            “Nenek, apa yang terjadi nek?”
            “Tadi kamu jatuh dari tempat tidur dan nggak sadarkan diri”
“Tadi kepala Randy pusing, tiba-tiba aja semuanya jadi buram”
“Ya udah, kamu istirahat saja dulu, nenek mau ke kamar dulu”
“Iya nek...”

            Jam pun berbunyi, pertanda waktu sudah menunjukkan hari yang baru. Yah, sekarang pukul 00.01. Ntah kenapa aku nggak langsung kembali tidur. Aku malah berpikir tentang impianku, membela Tim Nasional sepak bola Indonesia. Tim Nasional sepak bola? Aku sama sekali nggak pandai sepak bola. Tapi kenapa, kenapa sepak bola sangat dekat dengan jiwau, kenapa selalu terpikirkan olehku? Apa aku sedang bermimpi? Uuuuhhh, aku harus segera kembali tidur...

* * * * *

            “Ndre, kita harus ke ruangan kepala sekolah sekarang”
            “Untuk apa Ran?”
“Kita haru ngeyakinin kepala sekolah untuk kembali ngaktifin ekskul bola di sekolah kita”
“Aku nggak yakin kepala sekolah bakalan mau”
“Kita harus nyoba dulu, baru bisa tau hasilnya”
“Tapi...”
“Ok, kita langsung ke ruangan kepala sekolah”

            Setibanya di ruangan kepala sekolah, kami pun mengutarakan maksud kedatangan kami. Panjang lebar kami menjelaskan semuanya. Kepala sekolah hanya duduk manis medengarkan kami. Hampir tidak ada respon positif dari wajahnya. Memang sih wajahnya penuh dengan ke negatifan, penuh dengan “min”. Tapi aku membutuhkannya untuk ekskul ini.

“Bapak mau kembali mengaktifkan ekskul ini, asal kalian bisa menang dalam pertandingan pertama kalian”
“Pertandingan pertama?”
“Iya, nanti bapak akan carikan pelatih, tugas kalian sekarang adalah mencari aggota, jika anggota sudah cukup baru kali boleh latihan. Tapi ingat, jika kalian kalah maka ekskul bola tidak akan pernah diaktifkan lagi”

            Dasar kejam, tapi aku terpaksa menerimanya. Aku dan andre pun kembali ke kelas. Misi pertama ku pun dimulai, aku harus mengumpulkan anggota setidaknya 11 orang.

            “Sekarang baru dua, kita harus cari sembilan orang lagi Ndre”
“Aku tau, kita ajak mantan-mantan anggota ekskul bola yang dulu, mereka pasti mau. Soalnya mereka juga ingin ekskul bola aktif lagi”
“Berarti semuanya sudah pas, asiiikkk”
“Belum asik Ran, mereka cuma berlima, ditambah kita baru bertujuh, kita harus cari empat orang lagi”
“Waduuhh..”

            Misi hari ini cukup sampai disitu. Jam pulang pun sebenarnya sudah dari tadi berbunyi. Aku melangkahkan kaki menuju gerbang sekolah. Melewati lorong yang cukup panjang, melewati jenjang yang curam, dan melewati ruangan si wajah negatif (kepala sekolah).
            Saat kaki ku melewati ruangan kesenian, aku mendengar lantunan irama piano bernyanyi menghiasi sekitar ruangan itu. Sungguh indah irama yang di mainkan. Siapa kah yang memainkannya? Apakah nenekku? Mana mungkin, kenapa nenek yang aku pikirkan? Aku pun melihat dari luar jendela. Itu dia, cewek yang aku lihat kemarin di gerbang sekolah. Dia terlihat cantik saat memainkan piano itu. Sangat mirip dengan ibuku, tapi nggak mungkin kan dia ibuku.
            Dia pun berdiri dari kursi pianonya. Aku tetap memperhatikan apa yang akan dia lakukan. Dia mengambil buku yang ada di dekatnya, dan... melemparkannya padaku. Apa? Hampir saja mengenaiku, untung aku ada diluar jendela. Kenapa dia melemparkan buku kepadaku?

            “Hei, kamu ngintip ya?!!!!!”

            Aku terkejut mendengar teriakannya. Ternyata selain wajahnya yang cantik, suaranya pun cantik bagaikan petir yang menyambar telingaku. Aku pun masuk ke ruangan itu dan bermaksud untuk menjelaskannya.

“Aku nggak ngintip kok, aku cuma nggak sengaja lewat terus terdengar suara piano dari ruangan ini, makanya aku lihat”
“Kamu pasti ngintip nih!”
“Untuk apa juga aku ngintip di ruangan kesenian. Atau kamu yang ingin di intip?”
“Enak aja”
“Ya udah deh aku minta maaf. O iya aku Randy. Kamu hebat banget main pianonya. Tapi belum sehebat aku sih”
“Emangnya sehebat apa sih kamu main piano?”
“Nggak pandai sih sebenarnya. O iya nama kamu....”
“Aku pergi dulu ya, udah sore banget soalnya”
“Tapi nama kamu.....”
“Sampai jumpa Randy.”

            Dia pun berlalu. Tak sempat aku menanyakan siapa namanya. Dia cantik, unik, asik, antik, mekanik, dan elektrik. Emangnya peralatan listrik? Aku juga harus cepat-cepat tiba di rumah. Hujan juga sudah mulai turun. Aku pun berlari menuju gerbang sekolah....
»»  Read More...

Jumat, 17 Agustus 2012

Titik Putih, Harapan Terakhirku (bagian 2)

            XII IPS 3, itu lh label yang tertera di atas pintu kelas ku. Tak kuasa aku menahan gejolak histerisku, aku pun memasuki kelas dengan sikap bijak ku. Aku menempati kursi yang tak jauh dari meja guru, di dekat jendela, tempat yang menurut ku strategis, strategis dari pintu keluar dan strategis dari tong sampah, namun sayangnya tak strategis dari rumah pak wali kota. Tak terasa ngawur ku pun berakhir, jam pertama pun dimulai....
            Guru yang mengajar di kelas ku luar biasa. Cantik, putih, nggak jauh-jauh amat kayak mpok nori, ups maksudnya asmirandah, pokoknya betah banget kayaknya kalau belajar sama bu Sandra ini, begitu lah nama yang ku tau dari pengakuannya. Suaranya yang sayu-sayu manja terdengar ketika ia mulai berbicara.

            “I lihat di kelas I ada student baru, what is your name?”
            Waw, suaranya, aahhhhhh... Aku terus melamun..
            “Hello, siapa namamu?”
            Manja banget suaranya, Lamunan hatiku terus berdendang.
            “HHHHEEELLLOOO, WHAT IS YOUR NAME?!!!!”
            “Eeeehhhh, Randy Saputra miss” lamunan ku akhirnya pecah.
“Jangan melamun di jam pelajaran I, kalau ingin melamun you boleh keluar dari jam pelajaran I”
“Maaf mss..”
Hhhuuhhhh, aku jadi dimarahin, saatnya fokus.

Jam istirahat pun datang. Aku pun memanfaatkan waktu istirahatku untuk berkeliling sekolah baruku. Aku terus berjalan sampai akhirnya aku berhenti disebuah lahan besar yang penuh semak belukar. Lahan yang tak asing lagi bagiku. Lapangan bola? Aku nggak percaya lahan ini ternyata lapangan bola, lapangan bola yang sudah dipenuhi semak. Kayaknya sudah nggak terurus lagi. Sayang kalau sekolah ini tidak memanfaatkan lapangan ini pikirku. Aku pun berlalu dari tempat itu.
Di kelas aku sempat bercerita dengan teman sebangku ku.

“Ndre, aku tadi ngelihat ada lapangan bola di belakang sekolah, apa di sekolah ini ada ekskul sepak bola?”
“Dulu sih ada, sekarang nggak ran”
“Kenapa”
“Masak kamu nggak tau, sekolah ini adalah sekolah dengan tim sepak bola terburuk dan terpayah di antara tim sepak bola sekolah-sekolah di Indonesia”
“Haaaahhh???”
“Makanya sekolah nggak mau ngeaktifin lagi ekskul ini karna nggak ada kontribusinya buat sekolah”

Mendengar penjelasan dari Andre, terbesit keinginanku untuk mengaktifkan kembali ekskul bola ini. Tapi kenapa sepenuhnya jiwaku terpanggil untuk ekskul bola ini? Bukannya aku nggak pandai bermain bola? Aku memang suka banget sama sepak bola, mungkin ini yang mendorong ku untuk ngeaktifin ekskul bola ini.

“Ndre, kita harus hidupin lagi ekskul bola ini”
“Haahh? Kamu yakin?”
“Kenapa nggak? Kita harus coba dulu”
“Tapi aku nggak yakin, tim sepak bola sekolah ini sudah terkenal banget sebagai tim sepak bola terpayah”
“Kita harus bisa ngerubah istilah ‘terpayah’ itu jadi ‘terbaik’ ”

            Bel pulang pun berbunyi, aku pun langsung siap-siap untuk pulang. Dasar cuaca tidak bersahabat, hujan pun turun dengan derasnya. Aku berlari menuju gerbang sekolah, dan berteduh di sana. Di dekatku juga berdiri seorang cewek yang kayaknya juga baru keluar dari kelasnya. Dia tersenyum kepadaku. Melihat senyumannya, aku merasa kalu dia mirip seseorang. Mirip siapa ya? Lamunanku terus mengiringi pikiranku di tengah derasnya hujan. Tak berapa lama ia pun berlari ke arah taksi yang kebetulan berhenti di depan gerbang. Aku pun bergegas pulang selagi hujan sudah mulai reda.

* * * * *

            Malam harinya dikamarku, aku terus memikirkan cewek yang aku lihat di gerbang tadi. Aku masih penasaran dengan wajahnya. Mirip siapa ya? Tak sadar aku pun mengutak-ngatik lemariku. Ku temukan dua foto ibuku yang tersimpan rapi di album fotoku. Ini dia, cewek yang aku temui tadi ternyata mirip ibu ku. Wajah manisnya persis seperti ibuku. Dari ujng rambutnya hingga ujung kuku jari kakinya, persis seperti ibuku. Aku kembali hanyut dalam renungan hati, pikiran, jiwa, perasaan, nadi, jantung, ginjal, dan pangkreas ku. Hingga aku terjatuh dari tempat tidurku dan tak sadarkan diri....

bersambung....
»»  Read More...

Rabu, 15 Agustus 2012

Titik Putih, Harapan Terakhirku (bagian 1)

            ‘Bola masih dikuasai oleh tim tamu dari indonesia. Umpan silang tadi pemirsa, melebar ke sisi kanan sekarang, umpan crossing, disana ada Randy Saputra yang menanti bola, dan kita lihat sebuah tendangan keras diluncurkan, dan.....’

“Bangun... bangun!!! Randy, bangun, udah siang!”

Aku perlahan mulai membuka mata setelah mendengar suara yang tak asing lagi bagiku. Suara yang lembut namun terdengar perkasa. Suara yang sering membangunkanku disaat aku bangun kesiangan. Yah, dialah nenekku.

“Iya nek...”

Mataku yang masih ingin menutup pun takkan berkutik lagi jika sudah dibangunkan oleh nenek ku. Walau badan ku masih lemas, aku pun berjuang dengan mati-matian, berusah semampuku, berkorban demi nenek ku, dan demi tercapainya cita-citaku, berusaha menuju kamar mandi untuk menunaikan mandi pagiku. Usai mandi aku segera menghampiri nenel ku yang sedang asik menonton TV.

Nek, Randy mau pamit keluar sebentar”
“Kemana?”
“Pergi liat-liat suasana kota ini aja nek, sejak pindah dua hari yang lalu kan Randy belum sempat   liat-liat kota ini”
“Ohh, jangan terlalu sore ya pulangnya”
“Siap nek..”

Aku pun bergegas keluar rumah. Sebelum pergi aku sempat menoleh ke arah nenek ku. Tiba-tiba terbesit kesedihan di hatiku, kesedihan yang sempat menggoes hatiku, yang smpat menghujam, merobek, menusuk, mencabik, mensilet, menggergaji hatiku. Yah, sejak aku ditinggal mati oleh kedua orang tua ku, aku yang hanya hidup berdua dengan nenek ku merasakan bagaimana susahnya hidup. Dari masalah ekonomi hingga masalah lainnya. Sebelum tinggal di indonesia, aku dan nenekku sempat tinggal di singapura bersama kakek ku. Setelah kakek juga meninggal dunia, kami berdua diajak oleh pamanku tinggal di indonesia. Karena tidak mau merepotkan paman, nenek memilih untuk menyewa sebuah rumah kecil saja untuk aku dan nenekku tinggal. Huuuuhh, menyedihkan sekali hidupku.

* * * * *

            Tak terasa jam ditanganku telah menunjukkan pukul 2 sore. Sudah 2 jam aku berjalan menelusuri kota yang baru ku tempati ini. Perjalananku pun akhirnya terhenti di sebuah lapangan hijau yang tak terlalu besar. Disana banyak pemuda-pemuda yang sepertinya seumuranku sedang bermain sepak bola. Aku langsung menuju sebuah bangku yang berada ditepi lapangan untuk melihat permainan sepak bola mereka. Tak sampai 30 menit aku melhat mereka, tiba-tiba sebuah tendangan keras melesatkan bola ke arah kepalaku. Untung aku cepat menghindar.

            “Hei, pandai nendang bola nggak?” bentakku.
            “Maaf..maaf. Kami nggak sengaja”
“Haaaahh, untung kecepatan kepalaku masih unggul dari kecepatan tendangan kalian”
“Sekali lagi kami mita maaf, tadi benar-benar nggak sengaja”
“ Ya udah, berhubung kalian udah minta maaf, dengan menimbang kejadian ini, melihat bukti-bukti yang ada, dan mendengar kesaksian kalian, maka aku putuskan untuk memaafkan kalian”
“Haaahhh, mau maafin aja kata-katanya kayak lagi ngadilin maling besar aja. Yok teman-teman kita main bola lagi”

            Aku pun berniat untuk pergi meninggalkan lapangan itu. Namun langkahku terhenti setelah aku mendengar teriakkan yang sepertinya memanggilku.

            “Hei, tunggu sebentar”
            Aku hanya menoleh ke arah suara tersebut.
            “Siapa namamu?”
            “Aku Randy”
            “Aku Kevin. Aku tidak pernah melihat kamu sebelumnya, apa kamu baru disini?”
            “Iya, aku baru pindah 2 hari yang lalu”
            “Kalau gitu salam kenal ya. Ikut main bola yuk?”
“Mmmmmmhh... Bukan apa-apa, bukannya aku mau menyombongkan diri, bukannya aku meninggikan kemampuanku, dan bukannya aku mau memuji diriku, tapi terlebih dan terkurang aku belum di izinkan untuk pandai main sepak bola”
“Hahahahahaha”
“Kenapa ketawa?”
“Nggak sengaja. Mau ikutan main?”
“Gimana ya... Boleh deh.”

Aku pun mulai bermain sepak bola bersama mereka. Saking asiknya bermain, tak terasa jam pun telah menunjukkan pukul setengah 5 sore. Setelah berpamitan kepada mereka, aku pun langsung bergegas pulang. Hari yang melelahkan untuk menanti hari esok.

* * * * *

            Ini adalah hari pertama ku sekolah setelah aku pindah ke kota ini. Sekolah baru dan tentunya teman-teman baru. Setelah pamit kepada nenek, aku pun naik angkutan umum yang kebetulan lewat di depan kontrakan kami.
            Setelah sampai ditujuan, aku merasakan hawa baru ketika masuk ke sekolah baruku. Mungkin ini adalah awal baru untuk kehidupanku. Udara yang sejuk membenamkan kesadaranku untuk memikirkan suatu hal. Lapangan bola. Lapangan bola? Kenapa malah lapangan bola yang aku pikirkan? Kenapa bukan pelajaran yang akan aku hadapi hari itu yang akan terpikirkan? Kenapa? Ntah lah, aku tidak tau, yang aku tau adalah saatnya menuju kelas, kelas tiga ku di SMA baruku…..

* * * * *
bersambung......

»»  Read More...

Senin, 13 Agustus 2012

Launching Novel Pertama Gue

Berhubung gue sejiwa banget ama sepak bola, nggak sengaja gue jadi terinspirasi buat ngebuat novel. Buat awal-awal gue pengen nulis lewat blog gue dulu. Gue mencoba buat nyatuin antara realita hidup, sepak bola, percintaan, and moral. Novel gue udah jalan sejak satu bulan yg lalu. Sekarang pengen mindahin dari kertas ke dalam blog, Gue bakan nerbitin satu part tiap minggunya.

Sekedar deskripsi, novel gue mengisahkan seorang anak muda yang sama sekali nggak pandai bermain sepak bola namun hobi banget sama sepak bola. Ia bergabung dengan klup sepak bola sekolahnya dan lambat laun pandai bermain bola. Di iringi dengan kisah cintanya yang tragis. Hingga ia pun masuk klup sepak bola daerah dan pada akhirnya.....????
Penasaran?
Tungguin ya terbitan part pertamanya... :)
»»  Read More...

Minggu, 12 Agustus 2012

Diri Gue, Inspirasi Lo Semua....!!!!!

Gue remaja berusia 16 tahun 1 bulan 9 hari saat ini. Lo bisa nebak tanggal berapa gue lahir setelah ngeliat tanggal berapa gue mostingin tulisan ni. Gue sekarang sekolah disalah satu SMA negri favorit di Bukittinggi, yah gue berseragam putih abu-abu SMAN 1 Bukittinggi. Sekedar pemberitahuan, sejarah pendidikan gue keren abis, gue bersekolah di 3 sekolah terbaik, gue SD di SDN 02 Percontohan Bukittinggi yang merupakan salah satu SD terbaik, gue lulus and ngelanjutin di SMP terfavorit juga, SMPN 1 Bukittinggi. Nggak habis disana, gue ngelanjutin sekolah di SMA favorit juga, SMAN 1 Bukittinggi.

SMAN 1 Bukittinggi

Soal hobi, gue suka banget sama yang namanya sepak bola. Bola tu udah nyatu banget ama jiwa gue. Bahkan hampir semua kegiatan dihidup gue, selalu gue kaitkan dengan sepak bola. Biacara posisi, posisi gue adalah seorang striker atau kadang bisa sayap serang.  Layaknya orang lain, gue juga punya tim-tim kesayangan. Kalau klub sih gue sejiwa banget ama Real Madrid, dari indonesia juga ada, Persija. Kalau Timnas gue lebih tertarik ama spanyol and tentunya Indonesia. Bahkan gue pernah memiliki impian pengen bela timnas tahun 2018 kelak. Nggak sekedar impian sih, tpi udah jadi harapan buat gue. Ada satu moto dalam hidup gue yang terinspirasi dari sepak bola, "anggap kemauan dan harapan itu adalah bola, anggap gawang itu adalah tujuan hidup, dan anggap lapangan itu adalah jalan yang mesti ditempuh dalam mencapai tujuan, giring lah bola tersebut ke depan gawang, dan tendang lah sekuat-kuatnya hingga tercipta gol"
»»  Read More...